Fenomena alam merupakan suatu hal luar biasa yang terjadi secara tidak terduga dalam kehidupan di dunia menurut pandangan manusia. Salah satu contoh dari fenomena alam yang disaksikan secara visual oleh manusia yaitu pelangi. Pelangi adalah sebuah fenomena alam yang terjadi akibat proses alam. Visual pelangi adalah cahaya, cahaya matahari menyinari tetesan air hujan, dimana tetesan air tersebut berperan sebagai prisma kecil yang membiaskan sinar matahari ke samping dan membagi menjadi berbagai warna. Warna merupakan panjang gelombang tampak yang dapat dilihat oleh mata manusia yaitu panjang gelombang yang berada dalam rentang 400-700 nm, dimana mata manusia mampu menyerap paling tidak tujuh warna pada cahaya matahari yang terlihat pada pelangi.
Dalam ilmu fisika, pelangi dapat dijelaskan sebagai sebuah peristiwa pembiasan alam, sehingga dapat dikatakan bahwa peristiwa terbentuknya pelangi merupakan bukti bahwa cahaya memiliki sifat pembiasan. Pembiasan merupakan proses diuraikannya satu warna tertentu menjadi beberapa warna lainnya melalui suatu media. Hal ini berdasarkan pandangan ilmuan yang berasal dari Inggris Isaac Newton pada abad ke-17 pada tahun 1642-1727, menemukan bahwa cahaya putih matahari sebenarnya adalah perpaduan cahaya dari berbagai warna yang disebut sebagai spektrum warna. Spektrum warna inilah yang sering kita sebut sebagai mejikuhibiniu yaitu merah, jingga, kuning, biru, nila, dan ungu, warana inilah yang menjadi komponen dari cahaya putih yang disebut cahaya tampak.
Perkembangan beberapa beberapa ilmuwan kemudian menyebut soal angka busur pelangi. Konseini tidak bisa dijelaskan oleh temuan Newton. Pada tahun 1803 Thomas Young menunjukkan bahwa gelombang yang berasal dari dua sumber gelombang menghasilkan perbedaan tentang gelap terang di sekitar pelangi. Padan tahun 1815, david Brewster mengungkapkan bahwa pantulan yang berasal dari cahaya matahari yang menghasilkan pelangi itu sepenuhnya terolarisasi.
Pelangi adalah gejala optic dan meterologi yang terjadi secara alamiah dalam atmosfir bumi yang melibatkan matahari, tetesan air hujan dan pengamat. Ketika ada cahaya matahari yang bersinar setelah hujan berhenti maka cahaya tersebut akan menembus tetesan air hujan di udara, dimana air hujan dan udara memiliki kerapatan yang berbeda sehingga ketika cahaya matahari merambat dari udara ke tetesan air hujan akan mengalami pembelokan arah rambat cahaya atau pembiasan cahaya.
Cahaya matahari merupakan sinar polikromatik, dimana ketika cahaya masuk ke dalam tetesan air hujan maka akan teruraikan menjadi warna-warna monokromatik yang memiliki panjang gelombang yang berbeda. Cahaya matahari yang telah terurai kemudian menghasilkan cahaya monokromatik yang sebagian akan mengalami pantulan saat mengenai dinding tetesan air hujan dan sebagian lainnya akan menembus ke luar tetesan air hujan. Masing-masing dari gelombang cahaya monokromatik tersebut akan mengalami pembiasan cahaya saat keluar dari tetesan air hujan dan arah pembiasannya akan berbeda-beda tergangtung pada warnanya. Pembiasan ini terjadi karena adanya perubahan indeks media yaitu dari udara ke air. Ketika sinar dihantarkan kembali ke permukaan belakang tetesan air maka hampir seluruhnya dibiaskan dan keluar dari tetesan air.
Saat kita melihat pelangi, pada daerah di bawah pelangi akan terlihat lebih terang jika dibandingkan dengan daerah yang berada disekitar pelangi. Daerah yang terlihat lebih terang tersebut dinamakan sebagai daerah terang pelangi. Ada dua hal yang menyebabkan daerah terang pelangi terlihat lebih terang jika dibandingkan dengan daerah yang lain yaitu (1) cahaya matahari yang masuk ke tetesan air hujan yang meyebabkan pelangi pertama mempunyai intensitas cahaya matahari paling besar; (2) pada saat pembentukan pelangi pertama, saat cahaya matahari berada dalam tetesan air hujan maka hanya akan mengalami satu kali proses pemantulan cahaya sehingga energy yang terserap oleh tetesan air hujan masih cukup banyak.
Demikian artikel penjelasan tentang Peristiwa Terbentuknya Pelangi Sebagai Fenomena Alam Menurut Ilmu Fisika semoga bermanfaat bagi pembaca baik itu kalangan akademisi yang menggeluti bidang ilmu fisika maupun kalangan masyarakat umum untuk menambah wawasan akan bidang ilmu lain.