Studi ini merupakan upaya kolaborasi dari tim pakar internasional energi surya dari Aalto University of Finland, Massachusetts Institute of Technology dan SMART (Singapore-MIT Alliance for Research and Technology). Penelitian ini terbagi menjadi dua topik yang tren di sektor energi selama abad ke-21 yaitu dorongan untuk mendekarbonisasi sektor energi untuk mengurangi perubahan iklim antropogenik yang berbahaya dan peningkatan kemakmuran ekonomi di negara-negara tropis.
Lebih khusus lagi, penelitian ini berfokus pada seberapa banyak perangkat atau divais air-conditioning (AC) yang diperkirakan dapat digunakan pada abad ke-21 dimana sumber energinya dari listrik PV yang lebih ramah lingkungan, menghindari kebutuhan pembangkit listrik berbasis karbon tambahan, dan mempercepat pertumbuhan industri PV. Dr Hannu Laine, author utama studi ini, berkata, "Ketika kami melakukan literatur ilmiah, kami menemukan banyak studi tentang teoritis dan eksperimental detail yang menunjukkan sinergi pendinginan dan PV pada skala kecil. Namun, kami tidak dapat menemukan analisis tunggal yang menilai ruang lingkup dan tingkat sinergi pendinginan dan PV di tingkat global. "
Diskusi tentang bagaimana gambaran akan berubah ketika pemanasan global terjadi, negara-negara tropis akan membutuhkan lebih banyak perangkat air-conditioners yang harus meningkat dengan baik. "Kekurangan ini membuat mustahil bagi para pembuat kebijakan, investor dan peneliti untuk memperkirakan dampak global dari fenomena yang akan terjadi" lanjut Dr Laine.
Baca juga berita: Pemenang Nobel Dalam Bidang Kimia 2019: Perkembangan Baterai Lithium-Ion dan Divais Penyimpanan Energi
Baca juga berita: Pemenang Nobel Dalam Bidang Kimia 2019: Perkembangan Baterai Lithium-Ion dan Divais Penyimpanan Energi
Tim studi memperkirakan berapa banyak pembangkit listrik PV yang dibutuhkan untuk mendukung permintaan pendinginan global saat ini dan bagaimana jumlah itu akan berubah ketika negara-negara tropis memperoleh perhatian yang lebih saat pemanasan global berlangsung, dan seiring inovasi teknologi yang menciptakan pendingin udara (air-conditioner) yang lebih efisien. Dengan menggunakan proyeksi peningkatan sosial-ekonomi, perubahan iklim dan efisiensi energi, Tim riset Dr Laine tersebut memperkirakan bahwa permintaan perangkat atau devais pendingin akan meningkat dari sekitar 400 TWh / tahun pada 2018 menjadi hampir 14.000 TWh / tahun pada akhir abad ini, artinya mengalami peningkatan drastis yaitu sebesar 35 kali lipat dari kebutuhan sebelumnya, meskipun air-conditioner tumbuh secara signifikan lebih efisien. Dalam istilah moneter, ini berarti bahwa industri divais pendingin meningkat dari sekitar $ 50 miliar / tahun menjadi $ 1,5 triliun / tahun.
Disimpulkan bahwa potensi penambahan kapasitas AC PV setara dengan kapasitas produksi PV global saat ini secara keseluruhan, atau cukup untuk memberi daya ke seluruh negara Perancis berbasis PV, dan pada akhir abad ini akan meningkat hingga memenuhi kebutuhan tersebut di India. Dr Laine menyimpulkan, "Kami mengharapkan hasil ini dapat mendorong minat kebijakan tambahan yang signifikan serta penelitian dan investasi bisnis ke dalam sinergi pendinginan dan photovoltaics surya."
Jurnal Referensi
Hannu S. Laine, Jyri Salpakari, Erin E. Looney, Hele Savin, Ian Marius Peters, Tonio Buonassisi. Meeting global cooling demand with photovoltaics during the 21st century. Energy & Environmental Science, 2019; DOI: 10.1039/C9EE00002J
Sumber Berita: https://www.sciencedaily.com/releases/2019/09/190911101523.htm
Jurnal Referensi
Hannu S. Laine, Jyri Salpakari, Erin E. Looney, Hele Savin, Ian Marius Peters, Tonio Buonassisi. Meeting global cooling demand with photovoltaics during the 21st century. Energy & Environmental Science, 2019; DOI: 10.1039/C9EE00002J
Sumber Berita: https://www.sciencedaily.com/releases/2019/09/190911101523.htm
Tags:
Berita Fisika